Pernahkah merasa berat untuk melangkah ke arah yang lebih baik? Atau pernahkah Sobat sering urung menghadiri kajian karena menganggap lingkungan yang kurang mendukung? Saat ini fenomena hijrah menjadi ramai diperbincangkan. Seolah menjadi bintang yang selalu dielu-elukan di hadapan khalayak umum. Berbagai komunitas baru tumbuh untuk memfasilitasi para pemuda yang sedang berproses dalam hijrahnya. Konten acara kajian pun menjadi lebih beragam. Hal ini dilakukan untuk menarik minat peserta sekaligus mengajarkan bahwa hijrah tak seberat yang dibayangkan. Namun, sayangnya tak sedikit orang yang tetap saja sukar mempertahankan keistiqamahan berhijrahnya. Hijrah tidak semudah membalikkan telapak tangan bukan?
Secara sederhana hijrah dapat diartikan berpindah. Berpindah dari satu tempat ke tempat lain yang dinilai lebih baik. Seperti halnya yang telah dilakukan Rasulullah pada zamannya. Berpindah dari Mekah ke Madinah. Seyogyanya, hijrah tidak terbatas pada perpindahan raga saja, melainkan juga hati, akhlaq serta ibadah kita. Bergerak dari kebatilan menuju kebenaran dan mengubah kekufuran menuju keislaman. Iman yang hanya sekadar percaya saja tidaklah cukup. Muhammad Rasyid Ridha pernah menerangkan bahwa iman membangkitkan sinar dalam akal sehingga merupakan petunjuk jalan ketika berjumpa dengan gelap keraguan. Maka bukankah iman yang benar adalah iman yang mampu berperan sebagai cahaya bagi perjalanan hidup kita?
Hijrah memang sulit dijalani, tetapi bukan berarti tidak bisa direalisasikan. Jika para artis metropolitan yang memiliki segudang kesibukan saja mampu menjadi penggerak umat, bukankah kita juga mempunyai kesempatan yang sama untuk tumbuh dan menggerakkan? Nah, Sobat, berikut beberapa kiat agar hijrah kita terasa lebih ringan dilalui.
- Ikhlas
Bukan ikhlas namanya jika masih sibuk menggerutu keadaan. Bukan ikhlas pula sebutannya jika alasan selain karena Allah menjadi motivasi dalam berhijrah. Ikhlas adalah meluruskan niat seutuhnya karena Allah tanpa menunggu balasan dari siapapun kecuali ridha Allah satu-satunya.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
ﺇِﻧَّﻤَﺎ ﺍْﻷَﻋْﻤَﺎﻝُ ﺑِﺎﻟﻨِّﻴَّﺎﺕِ ﻭَﺇِﻧَّﻤَﺎ ﻟِﻜُﻞِّ ﺍﻣْﺮِﺉٍ ﻣَﺎ ﻧَﻮَﻯ . ﻓَﻤَﻦْ ﻛَﺎﻧَﺖْ ﻫِﺠْﺮَﺗُﻪُ ﺇِﻟَﻰ ﺍﻟﻠﻪِ ﻭَﺭَﺳُﻮْﻟِﻪِ ﻓَﻬِﺠْﺮَﺗُﻪُ ﺇِﻟَﻰ ﺍﻟﻠﻪِ ﻭَﺭَﺳُﻮْﻟِﻪِ، ﻭَﻣَﻦْ ﻛَﺎﻧَﺖْ ﻫِﺠْﺮَﺗُﻪُ ﻟِﺪُﻧْﻴَﺎ ﻳُﺼِﻴْﺒُﻬَﺎ ﺃَﻭْ ﺍﻣْﺮَﺃَﺓٍ ﻳَﻨْﻜِﺤُﻬَﺎ ﻓَﻬِﺠْﺮَﺗُﻪُ ﺇِﻟَﻰ ﻣَﺎ ﻫَﺎﺟَﺮَ ﺇِﻟَﻴْﻪِ
“Sesungguhnya setiap perbuatan tergantung niatnya. Dan setiap orang akan mendapatkan sesuai dengan apa yang ia niatkan. Maka barangsiapa hijrahnya kepada Allah dan rasul-Nya, maka hijrahnya kepada Allah dan rasul-Nya. Dan barangsiapa hijrahnya karena dunia yang ingin ia dapatkan atau mendapatkan wanita yang ingin ia nikahi, maka hijrahnya kepada apa yang ia inginkan itu.” (HR. Buchari dan Muslim).
Jika Allahlah batu loncatan kita memulai hijrah, maka lingkungan yang buruk, teman yang sedikit dan ilmu yang masih seujung kuku tidaklah menjadi penghambat hijrah kita. Hal-hal tersebut justru beralih menjadi salah satu motivasi kita memperbaiki keadaan.
- Beramal sedikit asal kontinu
Pepatah bijak menyebutkan bahwa kebaikan yang sedikit, namun dilakukan terus-menerus lebih baik dibandingkan dengan kebaikan yang amat istimewa besarnya, namun hanya dilakukan sesekali saja. Hal ini benar adanya. Amalan yang terus-menerus walau sedikit menunjukkan komitmen dan konsistensi kita dalam berhijrah. Kita terkadang lupa memonitoring diri sendiri dalam jangka waktu satu minggu, satu hari, bahkan satu jam. Namun, kita masih bisa berusaha mengendalikan diri setiap detik yang berlalu bukan?
Ibnu Qayyim Al-Jauziyah berkata,”Jika dirimu tidak disibukkan dengan hal-hal yang baik, pasti akan disibukkan dengan hal-hal yang bathil.” Tidak hanya soal perkara dunia saja yang membutuhkan prioritas, tapi kehidupan akhirat pun sama memerlukannya. Dimulai dengan tilawah Qur’an, meng-upgrade ilmu dan melakukan hal-hal positif lainnya.
- Lingkungan yang shaleh
Lingkungan yang shaleh sangat bermanfaat bagi kita, si pejuang hijrah. Pada lingkaran orang-orang shalehlah kita mendapatkan kekuatan saat kita mulai goyah. Mendapatkan nasehat saat kita bimbang. Carilah lingkungan tersebut karena pondasi hijrah akan lebih kokoh jika berdiri pada lingkungan yang baik.
- Nikmati Proses dan Berdoa
Seringkali hijrah gagal di tengah jalan bagi mereka yang mudah mengeluh pada proses. Berharap segalanya akan lancar ketika meniatkan secara baik di permulaan. Padahal Allah telah menegaskan bahwa tidak ada satu pun hamba yang diberi kehidupan tanpa ditimpakan ujian dari-Nya. Kita boleh bersedih saat proses berhijrah demikian keras menjatuhkan keteguhan kita, tapi tidak menyerah secara mudah. Keberhasilan besar dan rahmat yang berlimpah menunggu di akhir perjalanan hijrah kita, Sobat!
Berdoalah agar hati kita dikuatkan apapun yang terjadi.
يَا مُقَلِّبَ الْقُلُوبِ ثَبِّتْ قَلْبِى عَلَى دِينِكَ
“Wahai Dzat yang Maha Membolak-balikkan hati, teguhkanlah hatiku di atas agama-Mu.” (HR. Tirmidzi)
Proses hijrah selalu bergandengan dengan kesulitan disana-sini. Tapi, ingatlah bahwa Allah Maha Penolong. Jika berat, bisa jadi niat kita yang membelok, entah sedari awal atau saat di tengah perjalanan. Jika niat, proses dan lingkungan telah baik, tapi hijrah tetap saja terasa berat, maka segera ceritakan pada Allah. Serahkan segalanya pada-Nya dan biarlah Allah yang membantu meringankannya. Semoga kita tetap istiqamah berhijrah bersama!
#SesiHijrah01
===================
Penulis : Elmia Purnama Sari (Yahfazka)
Tim Jurnalistik-Humas YISC Al Azhar