Jl. Sisingamangaraja, RT.2/RW.1, Selong, Kby. Baru, Kota Jakarta Selatan, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 12110

BeYe (Beita YISC) Fresh From The Oven : Berseminya Kembali Tunas Komunisme

Oleh : Fendi Rohmawan (Rabbani)
Editor : Tia Esti (Al Hijrah)

Untuk generasi yang pernah merasakan orde lama, tentu mendengar kata ‘komunisme’ berkonotasi kekejaman, pembunuhan, pembantaian dan makar. Ketika mendengar kata komunisme sebagian besar akan menghubungkan dengan sebuah gerakan terlarang, sebuah partai yang pernah menghilangkan rasa kebangsaan, persatuan dan bertindak keji atas dasar keinginan sepihak mengubah haluan negara.

Lebih dari setengah abad yang lalu negeri ini berada dalam duka mendalam, karena putra-putra terbaik bangsa ini dibantai dalam sebuah kasus pemberontakan. Para Jenderal yang amanah diseret dan dijerumuskan ke dalam sumur Lubang Buaya. Pemberontakan yang ingin mengganti ideologi negara menjadi komunisme, sebuah ideologi yang menafikan Tuhan, meniadakan Allah lillahirabbil ‘alamin. Bagi kaum muslimin, komunisme telah mengguratkan luka perih. Tengok saja kasus Kanigoro dan Kresek di Jawa Timur. Mereka menculik para kiai untuk dibunuh dengan keji, menginjak – injak Al qur’an dan mengintimidasi warga muslim dengan teror.

Komunisme adalah sebuah ideologi, penganut paham ini berasal dari Manifest der Kommunistischen yang ditulis oleh Karl Max dan Frederich Engels dan diterbitkan pertama kali pada 21 Februari 1948 saat kecamuk perang dunia usai. Manifest der Kommunistischen yang saat itu merupakan bentuk perlawanan (koreksi terhadap paham kapitalisme), sebuah ideologi anti-kapitalisme (anti barat) yang menggunakan partai komunis sebagai pengambil akumulasi modal pada individu.

Komunisme secara umum berlandaskan pada teori Materialisme Dialektika dan Materialisme Historis oleh karenanya tidak bersandarkan pada kepercayaan mitos, tahayul dan agama dengan demikian tidak ada pemberian doktrin pada rakyatnya dengan prinsip bahwa “agama dianggap candu” yang membuat orang berangan-angan yang membatasi rakyatnya dari pemikiran ideologi lain karena dianggap tidak rasional serta keluar dari hal yang nyata.

Komunisme adalah sebuah ideologi yang tidak bisa diterima dalam Islam. Ketaatan kepada Allah Subhanu Wata’ala, Tuhan Sang Maha Pencipta merupakan kemutlakan. Agama merupakan jalan satu-satunya kemuliaan, kebahagiaan dan kesuksesan dunia akhirat. Agama (Islam) sendiri berasal dariNya, maka mengikuti dan tunduk patuh atas aturan Sang Pencipta merupakan keharusan. Islam mengajarkan bahwa setiap perbuatan manusia akan mendapat balasan di akhirat. Dengan itu, kita memiliki kontrol atas diri karena setiap perbuatan baik akan dibalas pula dengan kebaikan, dan perbuatan jahat akan menjerumuskan pelakunya ke dalam siksa.

Di Indonesia sendiri, gerakan komunis lahir dari terbentuknya Partai Komunis Indonesia (PKI). Partai berhalauan kiri ini memiliki suara yang sangat signifikan dimasyarakat. Tercatat saat pemilihan umum awal suara PKI begitu signifikan hingga mampu bersaing dengan partai Islam seperti Masyumi dan partai nasionalis seperti PNI. Bahkan karena kuatnya PKI saat itu Presiden Soekarno sempat mengutaran sebuah gagasan politik bertajuk NASAKOM, akronim dari Nasionalis, Agama dan Komunis. Usaha menyatukan paham ini punya niatan baik dari Presiden, karena beliau adalah agen pemersatu bangsa yang sudah menjadi trade mark beliau yang tak pernah memandang suku, agama dan ras.

Kuatnya lobi PKI atas presiden Soekarno membuat pergerakannya menjamur di nusantara. Saking kuatnya, mereka mengusulkan adanya angkatan V, selain Polri dan TNI. Anggota angkatan V ini adalah petani, buruh dan pekerja yang dipersenjatai. Namun banyak pihak menentang usulan tersebut, khususnya TNI saat itu. Karena menurut pihak yang menentang, usulan tersebut dapat membahayakan kestabilan Negara.

Ternyata ketakutan itu menjadi kenyataan, PKI melakukan gerakan makar kepada pemerintah RI dengan membunuh banyak Jendral angkatan perang saat itu, yang dikenal dengan G30SPKI (Gerakan 30 September Partai Komunis Indonesia). Ternyata selain pembunuhan itu, banyak kasus PKI yang tidak terungkap seperti pembantaian para ulama dan penyerangan pesantren. Makar tersebut kemudian berhasil ditumpas oleh TNI saat itu, yang kemudian menjadi suksesi kekuasaan dari Orde Lama ke Orde Baru. Terlepas adanya politisasi PKI oleh Presiden Soeharto ketika masih menjadi perwira tinggi AD, namun ancaman PKI terhadap kesatuan negara begitu kuat.

Di masa lalu, komunisme merupakan pergerakan di level bawah karena ketidakadilan dari pemerintah. Pergerakan ini dipelopori oleh kaum buruh yang termarginalkan. Sifat komunisme yang dekat dengan sosialis, menyebabkan paham ini banyak dianut dikalangan buruh. Karena menjanjikan pemerataan, tidak diakuinya kepemilikan pribadi menjadikan komunis-sosialis magnet yang kuat untuk kalangan bawah yang saat itu benci dengan liberalisme dan kapitalisme, karena mereka mengeruk dan mengeksploitasi tanpa memikirkan kesejahteraan kaum buruh yang mereka pekerjakan.

Kini, bibit lama yang telah terkubur, mencoba bangkit kembali dengan membawa luka lama yang mereka coba hadirkan. Mereka menghubung-hubungkan kasus politisasi oleh Presiden Soeharto waktu itu sebagai kejahatan HAM karena hukuman simpatisan dan pengurus PKI dianggap sebagai pelanggaran HAM berat sehingga pemerintah harus meminta maaf dan mencabut ketetapan MPR tentang pelarangan semua bentuk komunisme dan PKI di tanah air. Bahkan, kini mereka tengah berjuang di Mahkamah Internasional untuk memaksa pemerintah Indonesia meminta maaf kepada keluarga PKI dan membersihkan nama mereka sebagai pelaku makar.

Kini pergerakan ini muncul lagi, karena dipicu masalah ketimpangan ekonomi, karena lemahnya kesejahteraan, karena tidak adanya kontrol pemerintah terhadap sumber daya alam yang dalam UUD 1945 dinyatakan seluas-luasnya digunakan untuk kemakmuran rakyat. Kaum liberalis dan kapitalis kian berkuasa. Dan segala sumber kekayaan bangsa ini telah dikuasai asing sehingga kita tak lagi punya apa-apa. Sepertinya di era modern ini, ideologi tak hanya berkenaan dengan politik. Barat ternyata juga menggunakan paham mereka untuk menjajah bangsa lain atas nama demokrasi.

Komunisme modern juga terjadi pergeseran nilai. Komunisme kini juga tak lagi hanya sekedar ideologi dan pergerakan. Ideologi yang dipelopori China ini ternyata juga mengincar kekayaan yang dimiliki Indonesia. Liat saja, bagaimana tiga bank nasional besar yang menguasai mayoritas keuangan Bangsa Indonesia kini digadaikan ke China dengan nilai pinjaman 500T hanya 6 bulan setelah pergantian pemerintahan. Rasa-rasanya para pemimpin kita tak pernah belajar. Bagaimana ketika berkuasa mereka selalu menggadaikan aset bangsa. Tengok saja, kasus Indosat dan Pertamina, bagaimana mereka menjual murah kedua aset tersebut ke asing dan enteng saja, mereka bilangnya butuh dana untuk rakyat, sepertinya pemimpin dipilih hanya untuk mencari uang. Tak perlu bekerja keras bagaimana masalah bangsa ini teratasi, namun menambah masalah baru dari apa yang mereka lakukan, menggadaikan aset negara.

Lucunya, sudah ditipu di masa lalu, rakyat kita ternyata tak juga bisa rasional dalam memilih pemimpin, apa yang salah dengan bangsa ini?

Komunisme kini tak lagi hanya berupa paham yang anti-Tuhan. Mereka kini membawa misi baru yang jauh lebih berbahaya, yaitu menjadikan negeri ini boneka yang dapat mereka kuasai politik dan sumber daya alamnya. Sungguh memprihatinkan bangsa ini. Di dunia kita hanya jadi penonton. Kita jadi bulan-bulanan dan bancakan bangsa lain. Sumber daya alam kita disedot habis-habisan dan kita diam saja. Tidak diam sebenarnya, tapi para pemimpin dan penentu kebijakan bangsa ini tak bisa berbuat apa-apa karena mereka hanya seperti manekin, boneka yang dikendalikan. Boneka kaum kapitalis dan komunis yang intinya sama, mengeksploitasi bangsa ini dari semua hal. Semoga Allah Subhanu Wata’ala selamatkan bangsa Indonesia.

***

Leave a comment