Pada suatu waktu sebuah teguran Allah datangkan. Saat itu saya langsung berpikir dan bertanya siapakah diriku ini, kebaikan apa yang sudah ku kerjakan, kemaksiatan apa yang masih saya lakukan, dan sampai kapan saya akan seperti ini. Ya, saya seorang ikhwan yang disaat ini sedang membutuhkan perbaikan diri baik akhlak dan agama. Entah kenapa saya sangat ingin lebih dekat dengan Sang Maha Pencipta. Disaat itu saya masih kebingungan apa yang harus saya lakukan agar kehidupan yang saya jalani berjalan baik dengan sebagaimana mestinya. Saya juga ingin mempunyai wawasan yang luas, baik pengetahuan Islam dan jaringan dakwah.
Berawal dari sebuah kegiatan yang bernama‘’Bukber AYD’’ 2015 salah satu kegitan rutin dari pihak penyelenggara YPI AL AZHAR, disitulah saya mendengar yang namanya YISC. Setelahnya, saya terus menggali dan mencari informasi terkait mengenai YISC itu, tak lama saya pun mendapatkan informasi kalau sedang ada pembukaan pendaftaran peserta baru.
Januari 2016
Saya memutuskan untuk ikut menjadi peserta “PPAB YISC Al Azhar Januari 2016” disitulah pengalaman pertama saya, berkumpul dengan orang-orang dari berbagai daerah bahkan tidak hanya dari Jakarta saja, Bogor dan Karawang pun ada. Suatu kebanggan buat saya bisa berkumpul dengan mereka, mempunyai teman baru, cerita baru, bahkan keluarga baru. Satu minggu setelah PPAB kami pun mengikuti pre-test di ruangan yang namanya Aula SMP. Ruangan tersebut adalah ruangan pelaksanaan PPAB pada saat itu. Lembaran kertas pre-test yang harus saya bacakan depan mentor yang mana nantinya itu adalah hasil penentuan dan penempatan kelas BSQ saya. Selesainya, saya pun bergegas keluar dari ruangan tersebut, tidak sabra menyapa teman baru saya. Arief Setiawan Namanya. Orang pertama yang ada di depan saya yang saya temui saat PPAB, lalu kami pun berkomunikasi dan saling mengenal satu sama lain.
Satu minggu kemudian
kelas pertama dan di jam pertama yang saya ikuti adalah kelas BSQ (Bimbingan Study Qur’an) yang mana saya belajar dan mengulang bacaan Al-quran dengan baik serta mempelajari makhraj, tajwid dan harakat yang baik. Pengulangan demi pengulangan bacaan saya lanjutkan dengan lantangnya dengan ruangan kelas yang cukup rapi dan bersih sehingga membuat saya pun nyaman. Saya belajar di ruangan pada gedung kampus UAI (Universitas Al-Azhar Indonesia). Masuklah waktu jam10 siang untuk mengakhiri pelajaran kelas BSQ, materi akan dilanjutkan di pekan selanjutnya. Jam kedua akan segera dimulai kami bergegas untuk berpindah ruangan kelas melanjutkan pelajaran berikutnya di kelas SII. Saya ditempatkan dikelas F bersama kakak pemandu kak Dindin dan Ka Rusdah itulah kakak pemandu saya kakak pemandu yang sangat ramah dan santun, materi pertama yang saya dapatkan tentang “Ma’rifatullah” atau cara mengenal Allah. Susana kelas awal masih malu-malu untuk bertanya dan bertegur sapa. Namun, sepuluh menit sebelum kelas keluar kami pun berkenalan dengan teman-teman baru kami, baik ikhwan maupun akhwat. Tak lama kami semua meninggalkan kelas dan bergegas untuk melaksanakan shalat dzuhur di ruangan Masjid Agung Al azhar. Setelah itu saya dan teman-teman baru saya untuk mengajak semuanya makan bersama yang ada disekitaran kantin Al-Azhar, tujuan untuk mengakrabkan agar tali silaturahmi tetap berjalan dengan baik.
Setiap pekannya kami pun bertemu kembali belajar seperti biasa dan berkumpul seusai kelas di selasar UAI, yang mana itu adalah tempat favorit kami. Agar lebih akrab kamu juga acara-acara kecil kelas, seperti potluck (makan bareng), bercerita bareng. Setiap kumpul saya paling sangat senang untuk membawa bekal untuk makan siang karena saya suka. Selain itu, kita juga harus selalu meeting untuk membahas proker kelas nantinya begitupun untuk persiapan “Tafaqquh fiddin” yang mana pada saat itu kita akan menentukan ketua angakatan kita.
Satu minggu setelah Tafaqquh fiddin kami masih ada PR untuk menentukan nama angkatan kami melalui voting setiap kelas. Hasilny terpilihlah “Al-Abar” yang menjadi sebutan nama angkatan, kegiatan kami laksanakan di aula SMP. Oh iya, pada saat itu saya diamanahkan untuk membuat tumpeng sebagai simbol rasa syukur kita telah terpilihnya nama angkatan. Padahal pada saat itu saya sebenarnya belum pernah bisa bikin tumpeng tersebut, tapi saya berusaha untuk mencoba dan memberanikan diri untuk mengerjakannya. Terharu dan bahagia ketika tumpeng tersebut selesai dan bisa kami suguhkan untuk teman-teman. Oleh karena pengalaman seperti itu salah satu contohnya, YISC menjadi sebuah poin plus buat saya. Bisa memberikan untuk mereka dan membuktikan kalau saya itu bisa.
Perjalan demi perjalan saya lalui begitupun hambatan demi hambatan saya rasakan tetapi itu tidak mematahkan semangat saya untuk terus belajar. Perasaan gundah mulai saya rasakan ketika saya mulai nyaman dengan dunia kedua saya. Bisa bertemu dengan teman yang mempunyai satu frekuensi yang sama begitupun dengan visi dan misi untuk berhijrah. Sayangnya, di situ saya mulai jarang masuk kelas, dikarenakan pekerjaan yang kurang mendukung saya yang mana saya setiap akhir minggu terkadang harus masuk kerja. Saya merasa mulai tidak nyaman dengan rutinitas seperti itu. Saya sering lelah dengan pekerjaan saya, karenanya saya ingin setiap minggu saya punya kegiatan yang positif berfedah tentunya. Akhirnya, sering kali saya harus menentang pekerjaan saya agar saya harus bisa ke YISC. Pada akhirnya pekerjaan saya berantakan. Akhirnya saya memutuskan untuk resign dari pekerjaan saya dan mencari pekerjaan yang mana setiap weekend saya libur dan bisa ke YISC dengan nyaman tanpa ada kendala apapun.
November 2016
Dua bulan setelah saya resign Allah pekerjaan sesuai keinginan saya yang mana setiap hari minggu saya bisa libur. Saat itu salah satu kesempatan saya untuk terus memaksimalkan waktu saya untuk ke YISC, lalu mengikuti kajian-kajian yang mana akan menambah wawasan saya tertutama tentang agama Islam. Saya merasa nyaman dan saya merasa inilah dunia saya sesungguhnya. Inilah apa yang saya inginkan bisa berkumpul dengan orang-orang sholeh dan sholehah. Hal itu termasuk nikmat yang Allah berikan kepada saya.
Saya banyak belajar baik dari kajian dan dari teman-teman hijrah saya kita saling mendukung, dengan tekad dan visi misi yang sama. Saya juga ikut beberapa kegiatan di YISC lainnya, seperti panitia PPAB Januari 2017 dan Pentas Kreasi Anak Sholeh (PENSIL). Kegiatan tersebut saya harapkan menjadi investasi akhirat saya, yaitu berguna bagi umat. Saking nyamannya mendapatkan kesempatan ini, ternyata Allah SWT kembali memberi ujian. Kurang lebih dalam waktu tiga bulan kurang, saya harus meninggalkan pekerjaan baru saya lagi.
Februari 2017
Saya menikmati kebersamaan dengan keluarga di Bogor tempat di mana saya lahir. Disini, saya mencoba muhasabah kepada diri saya dosa apa yang selama ini saya lakukan sehingga terasa sulit jalan hijrah saya. Namun, saya tetap mencoba berniat untuk mengikuti kegiatan di YISC. Jarak kurang lebih tiga jam lebih perjalanan antara Bogor dan Jakarta akan saya hadapi. Akhirnya Allah memudahkan urusan saya untuk bisa melanjutkan ke YISC. Namun, itu pun tidak mematahkan semangat saya untuk mencari ilmu.
Selain rumah kedua, YISC bagi saya adalah tempat mengeluarkan keluh kesah dari permasalahan dunia dan disini saya menemukan jawabannya. Bahkan, saya sangat beruntung bisa kenal juga dengan keluarga kelas saya yaitu “Familillah” teman kelas SII yang sudah saya anggap menjadi keluarga saya sendiri. Banyak pelajaran dan pengalaman yang saya dapatkan dari mereka. Saya beruntung dan terus bersyukur berada di lingkungan yang luar biasa ini.
Agustus 2017
Saya bertemu Lukmanul Hakim yang sekarang menjadi sahabat saya. Dia adalah panduan saya di PPAB Januari 2017. Qadarallah kita memiliki passion dan hobi yang sama, yaitu memasak. Sampai akhirnya, kita berdua berpikiran untuk berjualan makanan. Dari awalnya candaan, sampai di minggu pertama Agustus, kami pun berjualan makanan di lingkungan YISC Al-Azhar. Namun, diminggu keduanya, kabar duka datang kepada keluarga saya. Ibu yang selalu mendukung dan mendoakan saya harus pergi selamanya. Perasaan saya campur aduk kala itu. Saya ingin membuktikan kepada beliau kalau saya bisa berubah seperti apa yang beliau inginkan. Mungkin dengan kejadian ini Allah SWT pilihkan saya menjadi orang yang tegar bisa terus melanjutkan jalan dakwah saya.
Alhamdulilah saya merasa setelah menjadi bagian YISC, saya mendapat banyak manfaat, baik bertambahnya ilmu juga temen yang sholeh/ah. Bagi saya segala sesuatunya akan kembali pada niat dan kerja keras dalam melakukan sesuatu.
#KaryaTulisMilad05
===================
Penulis : Ufah Gunawan (Al-Abrar)
Editor : Winnie Amalia (Al-Farizi)
Tim Jurnalistik-Humas YISC Al Azhar