Jl. Sisingamangaraja, RT.2/RW.1, Selong, Kby. Baru, Kota Jakarta Selatan, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 12110

Fenomena Hijrah

Satu kata yang sangat fenomenal di zaman sekarang ini, terutama dikalangan anak muda. Satu kata yang tidak lagi asing untuk didengar, hijrah. Kita lihat di berbagai media sosial, banyak public figure yang memutuskan untuk berhijrah dan berhenti dari hiruk-pikuknya panggung hiburan.

Hijrah sebenarnya sudah ada pada zaman Rasulullah, dimana pada saat itu kaum Muhajirin dari Mekkah berpindah bersama Rasulullah dan para sahabat ke Madinah. Hijrah dilakukan atas perintah Allah karena kota Mekkah sudah tidak aman lagi untuk Rasulullah berdakwah di Mekkah. Terlalu banyaknya tekanan dari kaum kafir Qurais yang sangat membenci dakwah Rasulullah.

Hijrah itu sendiri mempunyai makna yang dalam, terutama bagi pelaku atau orang yang langsung terlibat. Masyarakat awam mengenal seseorang tersebut sudah hijrah adalah ketika dia telah melakukan perubahan dalam hidupnya. Perubahan tersebut misalnya, seorang wanita yang dahulunya belum menggunakan hijab, yang kemudian menggunakan hijab dalam kesehariannya atau seorang laki-laki yang dahulunya jarang shalat lima waktu, yang kemudian berusaha melakukannya di masjid.

Islam sebagai agama yang hak, memahami hijrah sebagai suatu proses yang dijalani oleh seseorang ataupun kelompok tertentu dari yang sebelumnya jahiliyah (tidak memahami atau belum menerapkan ilmu agama) menjadi lebih berdasarkan ilmu sesuai petunjuk Al-Qur’an dan hadist. Proses perubahan tersebut bisa kita lihat dari berbagai aspek, sebagai contoh seperti sikap yang menjadi lebih baik, ibadah yang lebih bersemangat, hati yang lebih tertata bersih, hingga pada penampilan yang lebih tertutup ataupun sesuai sunnah.

Banyak faktor yang menyebabkan sesorang itu hijrah. Salah satunya seperti masalah kehidupan yang menimpanya kemudian menyebabkan seseorang memutuskan untuk berhijrah. Setelahnya, dia merasa dengan dekat kepada Allah, maka hidupnya lebih berarti. Misalnya, seseorang yang memiliki harta berlimpah dan berkecukupan, tetapi hatinya merasa hampa atau tidak tenang. Hal ini dikarenakan orang tersebut hanya memikirkan kehidupan dunia saja sementara untuk urusan akhirat, dia sangat lalai dan mengabaikannya begitu saja. Ketika orang ini memutuskan untuk hijrah, semua harta yang dimilikinya tidak berharga lagi, karena bagi Allah dunia tidak ada harganya. Kenikmatan beribadah bersama Allah pun jauh lebih bernilai baginya. MasyaAllah. Berapa pun rezeki yang didapat ia merasa cukup selama diperoleh dengan cara yang halal.

Al-Qur’an telah menjelaskan,

“barang siapa berhijrah di jalan Allah, niscaya mereka akan mendapati di muka bumi ini tempat hijrah yang luas dan rizki yang banyak” (QS: An-Nissa 4: 10)­

Ayat tersebut menerangkan bahwa jangan pernah takut untuk berhijrah, Allah tidak akan mengabaikan umat-Nya yang berjalan menuju-Nya. Jangan pernah dengarkan was-was setan yang tidak pernah lelah membisikkan yang kemaksiatan, yang membuat kita ragu untuk menjadi lebih baik. Padahal semua keputusan kemabli kepada kita yang memutuskan apakah akan mengikuti setan atau tidak. Jangan pula dengarkan omongan dari sekitar, termasuk teman, yang menyurutkan niat hijrah kita. Cobalah mencari pergaulan dengan teman-teman sholeh yang bisa saling mengingatkan dalam kebaikan. Jika kita bergaul dengan orang–orang sholeh, sedikit banyak, kita akan terpengaruh dengan kebiasan-kebiasan sholeh yang dilakukan oleh teman kita. Jangan lupa juga untuk selalu minta petunjuk kepada Allah, agar selalu diteguhkan dan dimantapkan hati agar senantiasa istiqomah dijalanNya.

 

Kutipan:{1} Dr. Fadhl Ilahi  dalam http:// almanhaj.or.id dengan judul Hijrah di Jalan Allah

 

#SesiHijrah03
===================

Penulis : Nur Hasnah (Al-Fazza)
Editor   : Winnie Amalia (Al-Farizi)
Tim Jurnalistik-Humas YISC Al Azhar