Jl. Sisingamangaraja, RT.2/RW.1, Selong, Kby. Baru, Kota Jakarta Selatan, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 12110

I-Con (Inspiration Corner) : Generasi Minderan…

Oleh : Muhamad Ihsan – Angkatan Al Fatih

Ternyata dari kecil sudah minderan.
Beberapa hari yang lalu saya berdiskusi tentang anak. Awalnya membahas khitan untuk bayi perempuan dalam Islam, lalu melebar ke sebuah kasus seorang anak yang mengalami krisis kepercayaan diri.

Jadi ada anak kecil yang malu berbicara di depan teman-temannya ketika diminta oleh gurunya. Dia menolaknya, bukan karena tidak bisa, tapi karena dia takut salah. Takut ketika salah akan ditertawakan dan direndahkan oleh temanya. Padahal belum tentu dia salah.

Karena ada anak yang akan trauma bahkan bisa sampai ketika dia dewasa. Karena rasa takut salahnya dia krisis kepercayaan diri. Melakukan apapun yang padahal dia mampu tapi karena takut salah dia tidak mau melakukannya.

Lalu bagaimana jika sampai dewasa?

Ini yang juga saya alami. Ketika saya Mts (SMP) saya sangat malu untuk mengangkat tangan dan mengatakan “ibu/pak saya izin mau ke toilet”. Yang saya malu bukan karena saya tidak bisa ke toilet sendirian, tapi saya malu untuk melewati semua teman saya ketika saya menuju pintu keluar dan masuk kelas kembali. Ini sangat menyiksa saya.

Ketika kuliah juga selalu “bergoyang-goyang” ketika berbicara di depan teman-teman saya. Karena saat semester dua saya menjadi ketua kelas, yang mengharuskan untuk menyampaikan informasi, dengan berdiri dan berbicara jelas di hadapan teman-teman.

Lalu bagaimana cara mengatasinya sejak dini ?

Dalam dunia pendidikan, saya pernah mendengar teori “show & tell” dalam metode agar anak berani untuk berbicara didepan teman-temannya. Jadi guru meminta anak di kelas untuk membawa mainan kesukaannya, esok hari dan masing-masing anak menjelaskan tentang mainan yang ia sukai.

Anak secara tidak langsung sedang belajar teori public speaking! Tanpa disadarinya. Dan mereka bercerita tentang apa yang dia sukai dan dia paham benar apa yang akan diceritakan ke teman-temannya nanti.

Lain hal lagi jika dalam dunia pesantren di negeri kita. Pasti diantara teman-teman pernah mendengar istilah “muhadharah” yaitu berpidato atau tausyiah didepan teman-temannya secara bergiliran, bahkan teman satu pesantren! Dan ada beberapa pesantren yang mewajibkan ketika muhadharah menggunakan bahasa inggris atau bahasa arab.

Apakah kamu termasuk dalam #GenerasiMinderan juga? Gimana cara kamu mengatasinya? Kita diskusi via twitter ya di @muhamadihsan_