Ujian dalam mempertahankan keimanan Sayyidina ‘Ammar Radhiyallahu ’anhu dan kedua orang tuanya tidaklah mudah. Sebagaimana keislaman pada golongan Assabiqunal Awwalun (generasi pertama), penderitaan dan siksaan amat pedih dari orang kafir untuk menggoyahkan iman dilalui keluarga Yasir. Saat itu memeluk Islam dan menyatakan keislaman sangatlah menguji keimanan. Keluarga Yasir yang berasal dari golongan budak tidak dibiarkan hidup tenang dengan keimanan mereka. Diantara siksaan itu, mereka dibaringkan di padang pasir di bawah terik matahari kota Makkah yang panas. Hingga Baginda Nabi Shallallahu ’alaihi wasallam pun beberapa kali mengunjungi keluarga Yasir. Pada suatu hari, Ammar berkata, “Wahai Rasulullah, azab yang kami derita telah sampai ke puncak.” Rasulullah pun menjawab, ” Bersabarlah, wahai Keluarga Yasir, tempat yang dijanjikan bagi kalian ialah surga!”
Yasir Radhiyallahu ’anhu, ayah Sayyidina ‘Ammar Radhiyallahu ’anhu, bertahan terhadap semua siksaan itu, teguh dalam imannya, hingga akhirnya menghela nafas terakhir. Sumayyah Radhiyallahu ’anha, lbu Sayyidina ‘Ammar Radhiyallahu ’anhu, juga tak goyah bertahan keimanannya dari siksaan hingga akhirnya ia pun ditikam kemaluannya dengan tombak oleh Abu Jahal. Semua siksaan dilalui tanpa meninggalkan Islam walaupun saat itu fisik keduanya sudah lemah untuk menahan siksaan karena usianya yang tak lagi muda. Namun, usia tak juga membuat Abu Jahal, yang menyiksanya, sedikitpun berbelas kasih. Sumayyah Radhiyallahu ’anha akhirnya meninggal tertusuk dalam keadaan syahid.
Ditempa berbagai siksaan, tak menyurutkan semangat Sayyidina ‘Ammar Radhiyallahu ’anhu untuk terus menolong agama yang ia imani. Ketika Baginda Nabi Shallallahu ’alaihi wasallam dalam perjalanan hijrah ke Madinah, di kampung Quba, Sayyidina ‘Ammar Radhiyallahu ’anhu mengusulkan, untuk membangun tempat berteduh bagi Baginda Nabi Shallallahu ’alaihi wasallam agar dapat beristirahat siang dan mendirikan shalat dengan tenang. Lalu, Sayyidina ‘Ammar Radhiyallahu ’anhu turut serta mengangkat batu dan melakukan pekerjaan yang paling sukar dalam mendirikan masjid itu.
Tak hanya itu, Sayyidina ‘Ammar Radhiyallahu ’anhu selalu menyertai setiap pertempuran Rasulullah dengan penuh semangat. Pernah ia dengan penuh suka cita berkata dalam suatu pertempuran, “Sebentar Iagi akan kujumpai kekasih-kekasihku, Baginda Nabi Muhammad Shallallahu ’alaihi Wasallam beserta jemaahnya.” Kemudian, ia merasa sangat haus. la meminta segelas air dari seseorang. Namun, orang itu menyodorkan kepadanya segelas susu. Ia meminumnya lalu berkata, ”Aku telah mendengar Baginda Rasuluilah Shallallahu ’alaihi wasallam bersabda, ’Yang terakhir kamu minum di dunia ini adalah susu.’“ Dan ternyata benar, setelah itu ia pun meninggal dalam keadaan syahid, pada usia 94 tahun. Sebagian riwayat menyatakan sembilan puluh dua setengah tahun.
Faedah
Mencari ridha Allah Subhaanahu wata’ala semata adalah tujuan dari kehidupan para sahabat. Ujian yang mereka hadapi, walaupun begitu berat, dilalui tanpa mengeluh karena hanya berharap pada keridhaan Allah Subhanahu wa ta’ala. Sebagaimana firman Allah Subhanahu wa ta’ala:
“Apakah manusia mengira bahwa mereka akan dibiarkan mengatakan: “Kami telah beriman” padahal mereka belum lagi diuji?” (QS Al-Ankabut: 2)
Wallahu A’lam Bishawab
Kitab Sahabat – (dari Kitab Usudul Ghabah dan referensi lain)
Syaikhul Hadits, Maulana Muhammad Zakariyya Al-Kandahlawi Rah.a
====================
Pengurus SII – YISC Al Azhar
Editor : Winnie Amalia R (Al-Farizi)
Tim Jurnalistik-Humas YISC Al Azhar