“Cita-cita pengen kaya tuh biar gini. Bisa bantu orang-orang yang membutuhkan. “
“Yaa Allah…, berikanlah saya rejeki yang banyak, agar saya bisa menolong orang lain.”
Apa ada di antara kita pernah baca tulisan seperti di atas? Tidak sekali dua kali tulisan serupa muncul di kolom komentar konten sedekah atau konten orang memberikan bantuan. Doa yang dipanjatkan baik, tidak salah. Dia meminta rejeki yang banyak pada Allah, agar bisa bersedekah atau menolong orang. Yang jadi pertanyaan sekarang, mengapa harus menunggu kaya kalau mau sedekah?
Baru-baru ini viral konten seorang pemuda asal Sukabumi, bernama Muhamad Cecep Abdullah dengan akun instagramnya @cleanermasjid yang berisikan tentang kegiatan dia membersihkan toilet dan tempat wudhu masjid. Bermodalkan sabun cuci dan sikat lantai, dia hempaskan rasa jijik demi membuat toilet dan tempat wudhu masjid kembali bersih dan nyaman digunakan.
Menjual tahu gejrot adalah pekerjaannya sehari-hari. Dia menyempatkan pergi ke masjid di desa-desa untuk membersihkan toilet dan tempat wudhu. Apakah dia kaya harta? Tidak, tapi dia kaya hati. Allah gerakkan kakinya menuju masjid, Allah gerakkan tangannya menyikat lantai dan dinding hitam penuh lumut dan kerak sampai bersih. Aksinya ini sudah dia lakukan sejak dia berusia 14 tahun, namun baru sekarang dia jadikan konten media sosial agar menjadi inspirasi bagi orang lain. Dan hasilnya? Benar banyak yang melakukan hal serupa, dan untuk Cecep, Allah angkat derajatnya dengan mengundangnya ibadah umroh melalui akun instagramnya yang viral.
Sempat viral juga, sebuah foto yang menunjukkan seorang anak pemulung yang membawa karung di punggungnya, tertangkap kamera sedang mengisi kotak amal di sebuah masjid. Yang jadi perhatian bukan besaran uang yang dia masukkan ke kotak amal. Tapi kebesaran hatinya yang membuat dia bersedekah di tengah kondisinya sendiri yang juga masih membutuhkan.
Pernah dengar dong, bahwa sedekah yang paling dipuji Allah adalah sedekah di kala sempit? Melihat contoh di atas, mereka bukan berasal dari keluarga kaya loh! Jadi konsep menunggu kaya baru sedekah itu tidak tepat ya…. Sedekah tidak hanya berupa sumbangan uang, barang elektronik, atau jutaan uang. Sedekah bisa berupa tenaga, atau jasa kita yang mungkin bahkan tidak membutuhkan modal sama sekali. Bukankah senyum juga termasuk sedekah?
Hidup hanya sekali, dalam Islam tidak ada reinkarnasi. Semua makhluk bernyawa akan mati, dan tidak ada satu pun makhluk yang tahu rahasia kematian. Manusia diciptakan Allah untuk beribadah pada-Nya. Kita diciptakan untuk menjadi kafilah di bumi Allah. Kita baru menapaki 1/3 jalan kehidupan yang Allah rancang. Maka, jangan sia-siakan hidup kita di dunia yang hanya sebagai tempat transit. Berangkat dari ideologi ini, sekarang YISC Al Azhar punya tagline baru nih! #mudasekali #jadikanberarti.
#mudasekali merujuk pada kehidupan kita yang hanya sekali. Kita menjalani hidup saat ini hanya sekali. Besok sudah berbeda lagi, dan waktu tidak bisa terulang. Melakukan pekerjaan jangan sengaja nanti-nanti. Di saat kita bersantai tidak melakukan apapun, atau bahkan melakukan hal sia-sia, orang lain sudah terbang ke Eropa buat lanjut S2. Karena masa muda hanya sekali, manfaatkan masa muda dengan sebaik-baiknya. Eits! Tapi bukan “mumpung masih muda” ya! Karena itu tagline berikutnya adalah #jadikanberarti.
Tagline #mudasekali tanpa #jadikanberarti akan membawa kita pada pola hidup yang merugikan. Kalau kita menganut konsep “mumpung masih muda”, yakin deh anak-anak muda akan hidup seenaknya sendiri. Mencoba segala hal baik yang positif maupun negatif. Dari mencoba berkreasi yang membawa manfaat, sampai mencoba hal-hal yang banyak mudhorotnya. “Mumpung masih muda, pengen daftar haji ah!” ini contoh yang baik. “Mumpung masih muda, masa gak nyobain soju sih?” nah, ini yang bahaya. Di sinilah kita harus berpegang bahwa hidup itu harus berarti, karena Allah membenci perbuatan yang sia-sia, apalagi yang menghancurkan diri kita dan orang lain.
Satu lagi contoh berbuat baik yang tidak membutuhkan modal besar. Viral juga di media sosial sekelompok pemuda yang menyebut diri mereka Pandawara. Mereka dikenal dengan aksi bersih-bersih got, sungai, hingga pantai yang teramat kotor. Sempat terpikir tidak, kita yang melakukan itu? Mau tidak, kita masuk ke sungai hitam yang penuh sampah dan mengambil semua sampah di sana? Mereka tanpa disuruh pihak mana pun, terjun langsung membersihkan got-got, sungai-sungai dan pantai yang mustahil dibersihkan. Namun dengan lalu lintas konten mereka di media sosial, Allah gerakan pula masyarakat, pemuda-pemudi sekitar untuk ikut serta membersihkan sungai2 yang kotor.
Jadi, masih mau nunggu kaya baru sedekah? Masih mau nunggu besok untuk berbuat baik? Yakin, setengah jam kemudian kita masih bernyawa? Ingat loh, #mudasekali #jadikanberarti.
Humas YISC Al Azhar
================
Sekretariat YISC Al Azhar
Komp. Masjid Agung Al Azhar
Jalan Sisingamangaraja, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, 12110
Telegram & Instagram: @yisc_alazhar
Twitter & LINE: @yisc_alazhar
Fan Page: YISC Al Azhar
Official YouTube Channel: YISC Al Azhar
Website: www.yisc-alazhar.or.id