Jl. Sisingamangaraja, RT.2/RW.1, Selong, Kby. Baru, Kota Jakarta Selatan, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 12110

Muslim di Negeri Panzer

By: Arenda Pisceta

يَاأَيُّهَاالنَّاسُإِنَّاخَلَقْناكُمْمِنْذَكَرٍوَأُنْثىوَجَعَلْناكُمْشُعُوباًوَقَبائِلَلِتَعارَفُواإِنَّأَكْرَمَكُمْعِنْدَاللَّهِأَتْقاكُمْإِنَّاللَّهَعَلِيمٌخَبِيرٌ

“Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal”. (Qs. Al-Hujurat: 13)

Allah sang maha pencipta, salah satu ciptaannya adalah bumi yang luas beserta dengan ciptaannya yang paling sempurna, manusia. Sehingga dengan kemampuan yang dimiliki berupa akal dan pikiran membuat manusia memiliki keinginan untuk bisa terus hidup yang lebih baik dari sebelumnya, memiliki keinginan untuk melihat ciptaan Allah yang lain, di luar dari tanah air tercinta, memiliki untuk menikmati hembusan angin dan cahaya Allah dari sisi yang lain, memiliki keinginan untuk hijrah.

Hijrah dalam artian kali ini dimaknakan sebagai perpindahan dari suatu daerah menuju ke daerah lain. Hijrah tidak hanya sekedar pindah, namun ada tujuan yang jelas dan didasari oleh motivasi yang kuat serta niat yang ikhlas. Hijrah untuk mendapatkan pendidikan yang lebih baik, hijrah untuk menjemput rezeki terbaik-Nya, hijrah untuk menjadi agen muslim, hijrah untuk dapat beribadah lebih baik, dan berbagai macam niat hijrah manusia lainnya.

Ketika seorang umat diberikan rezeki untuk dapat hijrah dan menikmati cahaya-Nya di negara lain, tentu bukan perkara mudah. Karena berbeda dengan Indonesia yang mayoritas beragama islam dan banyak fasilitas tersedia untuk ibadah, hijrah menuju negara lain apalagi yang bukan negara mayoritas muslim kadang kala mengalami tantangan tersendiri khususnya dalam hal beribadah. Negara barat, Amerika dan Eropa termasuk negara yang memiliki populasi muslim sedikit dibandingkan dengan negara Asia, Afrika dan Timur Tengah. Salah satunya adalah negara Jerman.

Republik Federal Jerman adalah suatu negara berbentuk federasi di Eropa Barat, terletak di Eropa bagian tengah dan berbatasan langsung dengan sembilan negara. Dengan luas 357.021 kilometer persegi (kira-kira dua setengah kali pulau Jawa) dan penduduk sekitar 82 juta jiwa, negara dengan 16 negara bagian menjadi anggota kunci organisasi Uni Eropa (penduduk terbanyak), penghubung transportasi barang dan jasa antarnegara sekawasan dan menjadi negara dengan penduduk imigran ketiga terbesar di dunia. Sekarang ini, Protestan (terutama di utara dan timur) terdiri dari 33% populasi dan Katolik (terutama di selatan dan barat) juga 33%. Keseluruhan terdapat sekitar 55 juta orang beragama Kristen. Di wilayah bekas Jerman Timur, kehidupan keagamaan kurang berkembang dibandingkan dengan di eks-Jerman Barat akibat rezim komunis yang memerintah sebelumnya kurang memberi perhatian pada kehidupan keagamaan. Sekitar 30% dari populasi Jerman mengakui tidak memiliki agama (Atheis). Di Timur angka ini dapat lebih tinggi. (1)

Menurut Lembaga Riset Pew Research Center mencatat, tingkat alami kenaikan populasi Muslim di Jerman berkisar 1,6 persen per tahun atau 77 ribu jiwa. Berdasarkan proyeksi ini, populasi Muslim Jerman diperkirakan sebanyak 5,785 juta pada akhir 2015.(2) Islam menjadi Agama terbesar kedua, diikuti oleh Buddhisme dan Yudaisme, serta Hindu dan komunitas agama lainnya.

Beda negara, beda budaya, beda pula dalam hal berkeyakinan dan beribadah. Sebagai negara mayoritas muslim, di Indonesia bisa dengan mudah menemukan masjid / mushola di setiap jalan maupun di tempat umum. Padahal, dalam hal mengerjakan sholat, terdapat 9 syaratnya; Islam, berakal, tamyiz (dapat membedakan antara yang baik dan yang buruk), menghilangkan hadats, menghilangkan najis, menutup aurat, masuknya waktu, menghadap kiblat dan niat. (3) Menghilangkan najis, dalam hal ini ada 3 tempat najis yang menjadi wajib diperhatian muslim ketika sholat, najis di dalam badan, najis di pakaian dan najis di lokasi sholat.

Pada tahun 2015 tercatat ada sepuluh masjid besar yang berada di negara Jerman; Zentralmoschee Köln, Merkez Moschee Duisburg, Bilal Moschee Aachen, Fatih Moschee Bremen, Moschee Penzberg, Freimann Moschee, Masjid Yavuz Sultan Selim, Schwetzingen Moschee, Masjid Sehitlik, dan Umar bin Khattab Moschee Berlin yang dapat menampung hingga 1000 jamaah.(4) dr. Amelia Aquareta (31) warga negara Indonesia yang telah 3 tahun hijrah ke Jerman mengatakan, “Jerman adalah negara yang menghormati kebebasan beragama setiap penduduknya. Kalau mau sholat di tempat umum memang tidak semudah di Indonesia, namun alhamdulillah sudah banyak masjid, walaupun tdak seperti di Indonesia yang mayoritas memiliki kubah pada setiap masjidnya, bagi pendatang baru atau turis mungkin kesulitan menemukan, tapi bagi pendatang lama sudah tahu dimana tempatnya. Di kampus saya pun disediakan mushola kecil. Kalau lagi di jalan dan tidak ada masjid, cari saja tempat agak tersembunyi dan bersih. Kalau pergi agak jauh, bisa sholat di dalam bus atau kereta.” Selama masih dapat diusahakan, sebagai muslim wajib untuk mengusahakan agar dapat melakukan sholat secara sempurna, dan terus berdoa agar Allah memudahkan langkah kita.

Tantangan lain yang menjadi pertimbangan seorang muslim hijrah adalah kebutuhan dalam hal pangan, negara Eropa notabene jarang yang menjual makanan halal. Padahal, makanan adalah salah satu syarat terkabulnya doa.Seperti yang diungkapkan oleh Abu Hurairah Radhiyallahu‘anhu bahwasanya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam menyebutkan:

Artinya : Seorang laki-laki yang lusuh lagi kumal karena lama bepergian mengangkat kedua tanganya ke langit tinggi-tinggi dan berdoa: Ya Rabbi, ya Rabbi, sementara makanannya haram, minumannya haram, pakaiannya haram dan dagingnya tumbuh dari yang haram, maka bagaimana doanya bisa terkabulkan.?” [Shahih Muslim, kitab Zakat bab Qabulus Sadaqah 3/85-86]. (5)

Secara umum ada 3 penggolongan makanan dapat dikatakan halal/haram. Yang pertama, karena dzatnya. Yang kedua, karena cara memotongnya. Dan yang ketiga, karena cara pengolahnnya.

Golongan yang pertama, halal berdasarkan dzatnya. Di Jerman yang mayoritas beragama non muslim, tentu akan mudah menemukan makanan dan minuman yang dzatnya jelas haram dan dijual di tempat-tempat umum; daging babi, ham dan khamr. Upaya untuk menghindari makanan ini bagi seorang muslim, akan lebih mudah karena semua informasi tertulis jelas di nama makanan dan bahannya.

Golongan yang kedua, halal berdasarkan cara memotong hewan (siapa dan bagaimana), dan ini lebih sulit diketahui jaminan kehalalannya. Pertama sebagaimana diketahui, muslim diperbolehkan memakan sesembelihan dari ahli kitab, sesuai firman Allaah:

وَطَعَامُ الَّذِينَ أُوتُوا الْكِتَابَ حِلٌّ لَكُمْ

Makanan (sembelihan) ahlul kitab (Yahudi dan Nashrani) itu halal bagimu dan makanan kamu halal pula bagi mereka.” (QS. Al Ma-idah: 5). (6)

Yang menjadi masalah adalah, seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, secara statistik jumlah mayoritas penduduk Jerman adalah umat Kristiani, tetapi populasi Jerman menunjukkan jumlah penduduk Atheis juga tinggi. Hal ini menjadi sangat sulit untuk diketahui oleh umat islam, sehingga kehalalan pun diragukan. Selain itu, alasan yang berkait dengan cara memotong hewan, tidak diketahui secara pasti bagaimana cara penyembelihannya, apakah sesuai tuntunan syariah islam atau dengan cara lain, sehingga tidak ada jaminan bahwa daging yang dijual di supermarket umum menjadi halal.

Golongan yang ketiga adalah berdasarkan proses pengolahan makanannya, baik dari pengolahan dari bahan mentah menjadi bahan siap masak, maupun proses memasaknya. Ini juga yang menjadi pertimbangan, apakah pada saat mengolah menggunakan bahan-bahan yang halal atau tidak.

“Makanan yang ada lambang halalnya sedikit, biasanya kami yang muslim banyak mendapatkan informasi mengenai makanan halal di tempat / komunitas dari orang Turki, Pakistan dan Arab. Mereka pun juga ada supermarket sama restoran. In syaa Allaah lebih tenang dibanding membeli di supermarket atau restoran umum.”

Allah Subhanahu Wa ta’ala pada dasarnya menciptakan segala sesuatu secara sempurna, dibalik sakit ada obat penawarnya, dibalik tantangan ada jalan, dibalik kesulitan ada kemudahan seperti yang tertulis dalam surat Al Insyira. Manusia pun diberikan kesempurnaan akal dan budi yang tidak dimiliki oleh makhluknya yang lain. Boleh jadi tantangan dalam beribadah alah semakin menambah kedekatan kita pada-Nya. Tinggal bagaimana manusia ikhtiar untuk mencari jalan dan istiqomah untuk beriman dan bertaqwa terhadap Allah Subhanahu Wa ta’ala. Jangan takut kawan muslimin dan muslimah untuk hijrah, melihat dan merasakan keindahan ciptaan Allah lainnya, karena bisa jadi kau menemukan cahaya-Nya disana. Semoga Allah mudahkan. Allahu’alam bishowab.

 

Editor: Apriliah Rahma

 

Leave a comment