Akhir pekan lalu tepatnya hari Sabtu, 27 Januari 2018 telah terlaksana kegiatan Focus Group Discussion (FGD) edisi pertama yang melibatkan seratusan remaja masjid dari berbagai penjuru DKI Jakarta, diantaranya PRISMA At-Tin, Reima Al-Huda, ARMI, RISKA dan YISC Al-Azhar. Kegiatan yang dihelat di aula Masjid Istiqlal tersebut bertujuan untuk menyatukan serta memperkuat ukhuwah dan kerjasama diantara remaja masjid. Selain itu, diharapkan dari kegiatan diskusi ini akan didapatkan solusi atas masalah yang terjadi di kepengurusan remaja masjid.
YISC Al Azhar sebagai salah satu remaja masjid terbesar di DKI Jakarta, turut menjadi inisiator kegiatan ini. YISC memandang bahwa persatuan adalah jalan terbaik untuk menghadapi tantangan global, dimana peran pemuda khususnya remaja masjid sangatlah vital. Pemuda yang digadang-gadang sebagai penerus bangsa, harus memiliki landasan iman yang kuat serta cara berfikir yang visioner agar mampu berperan aktif dan nyata dalam masyarakat.
Kegiatan yang dimulai pukul 13.00 tersebut, diawali dengan tausiyah sebagai bekal dan pengantar diskusi. Panitia mendatangkan Ustadz Dr. Wido Supraha, yang merupakan anggota Komisi Ukhuwah MUI Pusat sebagai pembicara sekaligus mentor dalam diskusi siang itu. Ustadz Wido berpesan kepada seluruh peserta, bahwa pemuda harus memakmurkan masjid dengan berbagai kegiatan. Pemuda harus tangguh, kuat, ikhlas dan tabah dalam menghadapi dinamika kehidupan. Masjid harus dijadikan sebagai pusat pembinaan umat, dan pemuda harus menjadi ujung tombak penguatan dienul Islam masyarakat yang berpusat di masjid. Sehingga ditangan pemudalah masa depan akan terbangun yang diharapkan dapat mewujudkan masyarakat yang baldatun thoyyibatun wa robbun ghafur.
Ada yang menarik dari kegiatan ini, banyak kepengurusan yang dilanda masalah serupa yaitu adanya hubungan yang tidak harmonis antara DKM dan remaja masjid. DKM sering menganggap bahwa remaja masjid sebagai ancaman, sehingga ketika remaja masjid mengadakan kegiatan tidak mendapatkan dukungan, bahkan sering dilarang. Akibatnya, anggota pengurus remaja masjid ini pelan-pelan mundur teratur dan akhirnya bubar. DKM belum sadar akan pentingnya regenerasi, dimana remaja-remaja inilah yang akan melanjutkan estafet kepengurusan masjid. Tanpa dipupuk dan dibina dengan baik, tunas-tunas ini akan layu sebelum berkembang. Masalah yang terjadi ini, sebenarnya disebabkan oleh dua hal utama. Pertama, kurangnya komunikasi antara DKM dan remaja masjid. Kemudian penyebab kedua adalah kurangnya kepercayaan DKM kepada remaja masjid.
Dari diskusi yang seru diantara peserta dan mentor, didapatkan sebuah solusi yang menarik. Remaja masjid harus senantiasa menjalin komunikasi dengan pengurus DKM melalui kegiatan silaturahim dan pendekatan secara personal untuk memberikan kedekatan batiniyah. Selain itu, remaja masjid harus membuktikan kepada pengurus DKM bahwa remaja masjid mampu melakukan kegiatan mandiri, hal ini penting untuk menumbuhkan kepercayaan bahwa remaja masjid memang bisa dipercaya. InshaaAllah dengan kedekatan batiniyah dan kemandirian, kedepannya remaja masjid akan terus didukung dalam setiap kegiatannya.
Menjelang magrib, kegiatan ini ditutup dengan foto bersama. Melihat peserta yang antusias dan sumringah dengan diskusi ini, memberikan semangat kepada pantia untuk melaksanakan kegiatan serupa kembali. Semoga FGD edisi pertama ini bisa membawa dampak positif bagi persatuan dan sinergisitas remaja masjid kedepan. Dengan persatuan dan sinergisitas seluruh remaja masjid, maka cita-cita besar mewujudkan kembalinya masjid sebagai pusat peradaban tak ayal akan segera terwujud. Aamiin ya rabbal ‘alamin.