Sore itu sudah menunjukan pukul 3 sore, dan hujan salju tipis mulai menerpa perjalan saya menuju kota paling mahsyur di Turki, yaitu Konya. Kota santri-nya Turki ini begitu kaya dengan sejarah kejayaan Islam masa lampau. Mengenal sejarah kota ini akan sangat membantu kita untuk lebih menikmati tempat ini. Dalam sejarahnya, Konya menjadi ibukota Dinasti Selcuk pada abad ke-11. Letak Konya tidak jauh dari wilayah Kurdistan, dan dekat dari perbatasan Turki-Suriah-Irak. Konya adalah kota yang identik dengan tokoh sufi besar – Mevlana (baca : Maulana). Merupakan kota yang dihuni pertama kali dalam sejarah umat manusia, dan masih memiliki jejak sejarah dari peradaban kuno yang memberikannya atmosfer sebagai kota museum.
Letak Konya berada di tengah-tengah padang tandus Anatolia. Kota ini menjadi salah satu pusat perdagangan penting di Jalur Sutera. Tanahnya yang subur di sekitar kota menjadikan Konya pusat dari industri gandum di Turki, dengan skala industri pertanian yang besar. Kental akan tradisi, kota ini adalah tempat paling konservatif dan religius di Turki dan terkenal sebagai rumah dari Jalaludin Rumi, sufi mistis yang menemukan Whirling Dervish (Tarian Darwis). Saat ini masih menjadi pusat pembelajaran dan pengajaran sufi dan salah satu atraksi wisata utama yang wajib dikunjungi adalah Mevlana Museum, yang dahulu digunakan sebagai pemondokan para darwis.
Salju yang baru jatuh begitu indah, lembut dan ketika menyentuh kulit dingin dan langsung menjadi air. Sungguh dahsyat rahmad Alloh di alam semesta. Saat itu kuteringat sebuah puisi sufi karya sang Mevlana.
Cinta adalah lautan tak bertepi. Langit hanyalah serpihan buih belaka.
Ketahuilah langit berputar karena gelombang Cinta. Andai tak ada Cinta, Dunia akan membeku.
Bila bukan karena Cinta, Bagaimana sesuatu yang organik berubah menjadi tumbuhan?
Bagaimana tumbuhan akan mengorbankan diri demi memperoleh ruh?
Bagaimana ruh akan mengorbankan diri demi nafas yang menghamili Maryam?
Semua itu akan menjadi beku dan kaku bagai salju
Tidak dapat terbang serta mencari padang ilalang bagai belalang.
Setiap atom jatuh cinta pada Yang Maha Sempurna
Dan naik ke atas laksana tunas.
Cita-cita mereka yang tak terdengar, sesungguhnya, adalah lagu pujian Keagungan pada Tuhan.
Sungguh indah puisi sang ulama sufi, hati siapa yang tak hanyut mendengar puisi seperti itu. Maka demi tahu kedahsyatan cinta atas Rab-nya harus dibuktikan sendiri jejak kedahsyatan karya sang maestro cinta. Sampai di pelataran museum saya putuskan untuk langsung masuk. Di museum ini terdapat banyak peninggalan Jalaludin El Rumi, mulai dari baju, buku-buku bahkan sampai kursi beliau masih utuh.
Selain peninggalan, juga terdapat diorama atau semacam patung yang menggambarkan bagaimana para penari sufi berlatih dan mendalami ajaran sufi.
Dalam kompleks ini, terdapat pula makam Jalaludin El Rumi dan para muridnya. Sayang sekali kita tidak diperbolehkan membawa kamera masuk. Demi menghormati makam ini, yah kita ngikut aja. Dalam makam tersebut ada hal yang istimewa, yaitu ada rambut Rasulullah. Seikat rambut Rasulullah ini memunculkan bau harum meskipun letaknya di dalam kotak kaca yang cukup besar. Memang benar, riwayat-riwayat yang mengatakan keringat Rosul wangi. Jangankan rambut, keringat saja wangi. Memang Muhammad SAW adalah manusia pilihan Allah. Saya terharu, merasa sedekat ini dengan Rosulullah, maka saya percaya orang-orang yang berdiri di depan makam Rosul sontak menangis karena kerinduan yang mendalam. Semoga di akhirat kelak, kami dipersatukan bersama Rosulullah SAW.
Tak Jauh dari Museum Jalaludin El Rumi, terdapat Masjid Selcuk. Masjid ini terletak di sebuah bukit kecil nan Indah di pusat kota Konya. Masjid ini begitu unik dan berbeda dengan masjid umumnya di Turki. Para arsitek dunia mencatat beberapa karya seni arsitektur yang paling unik warisan Dinasti Selcuk, dan secara sadar dan nyata Dinasti Selcuk memiliki peran penting dalam bidang arsitektur dunia. Tercatat bagaimana dahsyatnya para arsitek Selcuk di zaman keemasan Islam tersebut. Karya paling fenomenal adalah kubah yang berbentuk kerucut, sehingga jika anda berkunjung ke Konya, maka masjid – masjid kuno di sini akan berkubah kerucut. Saking “inspiring”nya, gereja dan istana kerajaan di Eropa juga mengadopsi.
Masih di komplek masjid, terdapat pula makam Raja – raja Dinasti Selcuk dan benteng kerajaan yang masih tersisa. Benteng ini, merupakan tempat tertinggi di Konya, sehingga kita bisa melihat seluruh wilayah kota dengan Jelas. Makam dan bentengnya juga cantik, dihiasi dengan motif muqarnas ciri khas Selcuk dengan atap kerucut.
Perjalanan saya akhiri dengan sholat magrib berjamaah di masjid Selcuk, sebuah masjid yang tak henti – hentinya membuat saya kagum. Begitu merasuk ke jiwa, merasakan bagaimana sujud di tempat yang pernah menjadi tempat sujud orang – orang besar di masa kejayaan Islam.
(Penulis : Fendi Rohmawan)