Penulis : Fitri Al Tigris (Al Ghozi)
Editor : Cut Hani Bustanova (Daffa)
Menulis bukanlah suatu aktivitas asing. Aktivitas menulis sudah menjadi bagian dari hidup orang-orang zaman sekarang. Dalam satu hari, setiap orang bisa menulis ratusan, bahkan ribuan kata. Coba cek telepon genggam masing-masing, Cek semua media sosial yang kamu miliki. Kamu pasti akan tercengang. Bahwasanya ternyata kita telah banyak menulis, bahkan ratusan kata dalam sehari. menulis di Facebook, Twitter, Instagram, Path, BBM, WhatsApp, SMS dan lain sebagainya. Melihat banyaknya orang menulis di media sosial, entah itu tulisan bermanfaat atau sekadar curahan hati atau sekedar ingin eksis. Point pentingnya adalah kita semua sudah bisa menulis. Maka bisa disimpulkan, bahwa menulis tidak ada hubungannya dengan bakat, yang ada adalah potensi. Kita semua memiliki potensi. Jika kita mengasahnya dengan baik, tidak menutup kemungkinan, kita akan menjadi penulis yang tangguh dan andal.
Akhir Pebruari lalu, Humas dan Penerbitan YISC Al Azhar mengadakan kelas menulis. Kelas ini memberikan kesempatan kepada siapapun, khususnya civitas YISC Al Azhar, ikut serta mengembangkan potensinya dalam tulis-menulis. Seperti sudah kita sepakati, menulis tidak ada hubungannya dengan bakat, hanya ada potensi. Maka kelas menulis ini menjadi wadah untuk mengembangkan potensi tersebut. ‘Dimana Inspirasimu?’ menjadi tema pada kelas perdana ini. Selepas shalat Ashar, semua peserta masuk ke Ruang PIA yang ada di lingkungan Masjid Agung Al Azhar. Peserta diminta membawa alat tulis, sebagai syarat mengikuti kelas menulis sore itu.
Kak Ririn dari Angkatan Khaifa, menjadi pemateri pada sharing session pertama. Tanpa basa basi, setelah opening, Kak Ririn langsung membagikan selembar kertas kepada para peserta. “Tuliskan 10 perasaan yang dirasakan saat ini!” Perintah pertama. Tanpa bertanya lagi, para peserta langsung mengikuti yang diminta. “Bacakan 10 perasaan tadi”, kata Kak Ririn sambil menunjuk salah satu peserta.
Perintah kedua, “Sekarang, tolong seleksi menjadi 5 perasaan yang tadi sudah dituliskan”. Serentak para peserta mengikuti arahan itu. Tanpa disadari peserta, bahwa mereka sedang dilatih, ternyata inspirasi menulis tidak perlu jauh-jauh harus kemana-mana mencarinya. Apa yang kita rasakan seketika pun, bisa menjadi sebuah inspirasi untuk dituliskan menjadi sebuah tulisan. Itulah mengapa banyak sekali orang-orang update di media sosial, tentang kejadian yang dia rasakan. Bisa dikatakan, hikmah adanya media sosial, membuat respons orang-orang untuk ‘menulis’ semakin tinggi. Apa yang mereka rasakan, kadang di update menjadi status, sebuah tulisan. Luar biasa sekali bukan?
Selanjutnya Kak Ririn kembali memberi arahan, “Pilih satu perasaan yang tadi dituliskan. Kemudian buat beberapa paragraf dari perasaan tersebut, sampai memenuhi kertas kosong yang kalian pegang!” Lanjut Kak Ririn, sekaligus mengakhiri perintah. Beberapa menit kemudian, semua peserta telah menghasilkan tulisan dengan karakternya masing-masing. Satu persatu peserta ditunjuk membaca hasil tulisannya. Ketika dibacakan, ada yang bikin ketawa, serius, bahkan ada yang bikin baper, alias bawa perasaan. Seru sekali sesi pertama ini. Sesi ini ditutup dengan pembacaan cerpen oleh Faris Tio dari angkatan Al Fatih.
Secara umum, inspirasi sebenarnya bisa kita dapatkan dari berbagai sumber. Pada dasarnya segala sesuatu di lingkungan kita, baik yang kita rasakan, lihat, dengar dan lakukan, menyimpan benih-benih inspirasi. Bisa juga dari fenomena yang tampak, bacaan, hasil diskusi, juga pengalaman hidup.
Sharing session kedua diisi Kak Hani dari angkatan Daffa. Sebelum sesi dimulai, penampilan spesial nasyid gitar akustik, terlebih dahulu dibawakan Kang Agus Kuburan. Alunan petikan gitar menambah warna kegiatan kelas menulis. Sesi ini membahas Ejaan Yang Disempurnakan (EYD). Mungkin ini menjadi momok bagi para penulis, khususnya penulis pemula. Karena biasanya orang lebih senang menulis secara mengalir saja, tanpa melulu peduli EYD. Tetapi kebosanan dari materi EYD, bisa dihilangkan Kak Hani dengan memunculkan diskusi di dalam kelas. Akhirnya para peserta tertarik memberikan pendapat dan komentarnya. Keseruan kelas menulis berakhir, bersamaan dengan kumandang adzan Maghrib.
Nah, bagi kamu yang penasaran dengan kelas menulis ini, nantikan kelas menulis selanjutnya (Part 2). Mari ikut ambil bagian belajar menulis. Setidaknya kita sudah tahu, menulis bukanlah bakat, melainkan sebuah potensi. Maka dari itu, kita harus mengasah potensi menulis yang kita miliki.