Oleh : Asa Ratna – Angkatan Khaifa
“Bapak ingin anak-anak bapak belajar agama (mengaji), tapi bapak tidak tahu tempat mengaji yang bagus”. Kata-kata itu sering sekali diucapkan bapak saya di saat saya harus merantau ke Depok untuk mengejar cita-cita. Kebetulan sekali di kampusku dulu ada sebuah organisasi rohis yang cukup aktif namun saat itu rasanya enggan untuk belajar dan mendekat ke sana. Aku sendiri malah asyik dengan kegiatan khas mahasiswa saat itu.
Sampailah waktunya kelulusan dimana harus berpisah dari dunia kemahasiswaan menuju dunia kerja. Disinilah aku mulai merasa hidup kok datar banget. Kegiatan sehari-hariku pagi bangun berangkat ke kantor, kerja, pulang, dan sesekali jalan-jalan ke mall (kalo habis gajian hehehe) begitu terus sampai beberapa bulan lamanya.
Pada Desember 2009, ingatanku kembali ke kata-kata bapak. Seorang teman kantor bercerita ada pengajian remaja untuk karyawan di bilangan Kebayoran Baru Jakarta Selatan yang ternyata lokasinya tidak jauh dari lokasi kantor. Pada tahun 2010, kuberanikan diri mendaftar namun karena kesibukan kerja yang mengharuskan keluar kota cukup sering membuatku tidak bisa istiqomah untuk hadir dan memutuskan mundur.
Lagi-lagi kata-kata Bapak terngiang lagi di telinga dan akupun berdoa semoga suatu hari Allah memberikan jalanNya. Alhamdulillah akhir tahun 2011 ada tawaran pekerjaan yang lebih baik dan tidak mengharuskan keluar kota yang cukup sering. Pada Januari 2012 kembali aku mencoba mendaftar lagi.
Diawal pertemuan dimana tidak ada satupun yang kukenal disana tidak menjadi penghalang untuk mulai mencoba pengalaman di sini. Saat pertemuan kesekian dimana kami mulai belajar perkelas, ternyata disana aku bertemu seorang teman lama semasa SMP. Kamipun sering berdiskusi bercerita pengalaman masing-masing sampai pada pertanyaan”apa tujuanmu kesini?”
Saat itu masih bingung tentang jawaban dari “tujuan” itu sendiri. Akupun semakin giat ikut kegiatan-kegiatan yang diselenggarakan disini sampailah pada bulan Ramadhan. Banyak sekali kegiatan diselenggarakan di sini. Seketika tersadar ternyata Ramadhan itu indah dan menyenangkan ketika dijalankan dengan tanpa mengeluh capek, haus, lapar dan bosan menunggu waktunya berbuka hingga rasanya sedih ketika ia akan pergi. Rasa rindu untuk bisa merasakan 11 bulan lain seperti ketika Ramadhan membuatku makin menceburkan diri berkutat di sini. Mengenal satu sama lain, belajar tanpa merasa digurui, bertukar pikiran namun tetap menghormati pendapat masing-masing, bersikap dan bertutur kata lemah lembut selayaknya yang Rasululloh ajarkan sampai kemudian merasakan lingkungan ini begitu nyaman buatku layaknya sebuah rumah yang diisi oleh keluarga yang hangat.