Jl. Sisingamangaraja, RT.2/RW.1, Selong, Kby. Baru, Kota Jakarta Selatan, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 12110

YISC Experience#2 – Langkah Yang Berarti

Oleh : Aryani Rahmadita – Angkatan Al Hijrah

Mendapatkan ilmu agama lewat kajian semakin menambahnya pengetahuan. Bertambahnya ilmu, saudara yang terus mengingatkan dalam kebaikan. Dan ini belum berakhir.

……….

Belum terlalu lama aku berada di sini. Menapak langkah yang mungkin awalnya berat, kemudian keyakinan membawa semuanya menjadi menyenangkan. Seolah menemukan apa yang pernah hilang. Berat bukan karena terkait organisasi kerohaniannya, tapi setelah nanti memutuskan bergabung namun tidak konsisten. Terlebih waktunya disetiap minggu pagi. Rasanya enggan melangkah, lebih asik jika memilih untuk melanjutkan (tidur) lagi. Aktivitas EO yang sering kali diakhir pekan, juga semakin menjelaskan belum bisa bergabung.

Sudah lama aku mengetahui tentang YISC, lebih dari setahun lalu. Banyak teman yang sudah bergabung, lalu memberitahu dan mengajak untuk mendaftarkan diri bergabung dengan YISC Al Azhar. Rasa ingin menjadi bagian dari YISC pun muncul. Ketika flyer penerimaan anggota baru kudapati dari timeline di jejaring sosial bernama facebook. Hingga pada pertengahan 2014, informasi pendaftaran tak begitu saja dilewatkan.

Rasanya sayang jika harus membuang waktu lagi, tak perlu banyak pertimbangan. Megirim email adalah pilihanku untuk mendaftar sebagai salah satu Civitas YISC.

Saat mengisi data pendaftaran semua bisa diisi dengan baik, tapi ada satu pertanyaan dikolom akhir yang berisi “Kenapa ingin bergabung dengan YISC?”. Saat inilah aku terdiam, merenung kembali mengapa aku ingin mengikuti kegiatan ini. Bukan hanya sekedar mendalami Agama Islam, rasa ingin memperdalam wasasan keilmuan, ragam informasi, serta menambah relasi. Tapi nampaknya jawaban ini terlalu luas maknanya. Kembali bertanya pada diri ini, wawasan keilmuan seperti apa? Ragam informasi yang bagaimana? Tak dapat dijelaskan secara gamblang disini.

Tak lama setelah form dikirim, e-mail konfirmasi diterima. Disusul sekitar dua hari kemudian, SMS pemberitahuan panitia untuk melengkapi data. Singkat kisah, aku resmi terdaftar. SMS berikutnya adalah informasi ‘Masa Perkenalan Anggota Baru’ (Maperaba). Selintas terpikir, mungkin seperti pengenalan masuk kuliah. Akan dibagi kelompok, kenalan sesama anggota baru, juga pengenalan seputar organisasi.

Hari ini adalah dimana bertemu dengan semua Civitas baru YISC Al Azhar. Minggu pagi. Jadwal acara dimulai sejak pukul 7.30 pagi, namun aku baru datang sekitar pukul 11.30. Entah iya atau bukan, puasa menjadi alasan datang siang. Pendaftaran ulang, kemudian bergabung dengan kelompok. Akhirnya kudapati satu kelompok yang ternyata berisi sekitar sepuluh orang yang datang terlambat. Dan akulah yang terakhir datang.

Rentetan acara terus berlanjut selepas Zuhur, mulai dari kuis seputar Sejarah dan Agama Islam, tausiyah sampai mendekati Magrib, dan diakhiri dengan buka puasa bersama semua Civitas Baru YISC Al Azhar.

Setelah acara Maperaba ini, agenda kegiatan YISC mulai berjalan. Dimulai dari penempatan kelas pada satu minggu setelah Maperaba. Buka puasa bersama seluruh anggota diminggu selanjutnya, kemudian jeda masa Idul Fitri. Kelas perdana dimulai sekitar dua minggu setelahnya.

Hingga kelas perdana dimulai. Aku belum juga bisa mengikuti kelas, sampai sekitar empat kali pertemuan. Alasannya, karena selepas Idul Fitri ada beberapa agenda Silahturahmi keluarga.Pertama kali memasuki kelas, tak begitu banyak berinteraksi. Maklumlah karena aku anak baru yang sudah empat kali pertemuan, butuh adaptasi terlebih dahulu. Namun cukup singkat pada pertemuan kedua, barulah mulai mengenal. Bertepatan juga akan berlangsungnya Tafaqquh Fiddin (TF), yakni perkenalan sekaligus belajar Agama Islam. Kegiatan yang otomatis semakin mengakrabkan satu sama lain. Bukan hanya dari satu kelas saja tetapi mengakrabkan semua civitas satu angkatan.
Aku mulai aktif di beberapa acara. Seperti kembali pada masa-masa eksis dahulu, masa yang sempat hilang dalam perjalanan hidupku. Masa yang seperti hilang karena terlalu asik kuliah lalu bekerja, membuat aku kurang menghadiri Majelis Keilmuan.

Teringat kembali akan pertanyaan “Kenapa ingin bergabung dengan YISC?”. Ini adalah salah satu jawaban yang terlalu luas tadi. Saat bekerja, ilmu, informasi dan relasi, mungkin memang banyak kudapati. Tetapi ilmu yang seperti apa? Tak cukup hanya dengan shalat wajib dan mengaji. Seharusnya Ilmu yang membuat kita bukan hanya sibuk keduniaan, terlupa akan ibadah lain. Mungkin tak sedikit dari kita yang melupakannya. Alasan lelah, membuat kita enggan ikut majelis kerohanian. Sementara tawaran jalan-jalan, mungkin lebih menarik.

Agenda yang terjadwal, membuatku setidaknya punya tanggung jawab. Bukan sekadar itu, wujud kewajiban untuk beribadah dan memperdalam pengetahuan agama. Mulai ikut banyak sharing. Mengikuti beberapa majelis keilmuan di luar pertemuan YISC. Broadcast tentang informasi seputar kegiatan di YISC sangat membantu untuk mngetahui dan mengikuti kegiatan di YISC.

Belajar lagi dikeorganisasian lewat rapat pengurus. Civitas baru memang belum bisa ikut terjun menjadi pengurus. Namun dapat bergabung untuk membantu pengurus. Ruang berkreasi mulai terasah lagi, menulis dan olahraga terwadahi (kembali). Ilmu agama lewat kajian dan mengaji semakin bertambah, dengan sendirinya relasi pun makin banyak. Relasi sesama Muslim, untuk saling mengingatkan. Dan ini belum berakhir.